Label

Selasa, 24 Februari 2015

Seni Tari Tradisional Saudi Arabia
  1. Tari Ad Dahha
Ad Dahha, sebuah tarian perang yang diprakarsai oleh suku-suku di daerah utara Saudi Arabia di masa lalu, sekarang telah menjadi ritual dalam perayaan pernikahan di bagian utara Kerajaan Saudi Arabia dan negara-negara yang berbatasan dengannya di utara.
Beberapa sejarawan menyatakan bahwa tarian itu diciptakan oleh Suku Anza sebelum munculnya Islam di Semenanjung Arab. Menurut buku-buku sejarah, sekelompok kecil orang dari suku ini keluar satu malam di patroli ketika mereka melihat beberapa pergerakan.

  1. Tari Perut
Ada sebuah tradisi yang sangat terkenal di Timur Tengah atau kawasan Arab. Kita mengenalnya sebagai tari perut. Masyarakat di sana menyebutnya raqs sharqi (tari timur) atau raqs baladi (tari nasional). Ini tarian yang sedang populer di seluruh dunia. Sebagian besar penarinya adalah wanita. Meski tidak banyak sejarah yang diketahui tentang tari perut, beberapa orang meyakini ia aslinya berasal dari Mesir. Tarian zaman dulu ini ditampilkan dalam dua gaya: raqs sharqi (tarian solo penuh improvisasi) dan raqs baladi (tarian rakyat). Tari perut dulunya selalu mengisi acara pernikahan, dengan maksud meminta kesuburan bagi pasangan pengantin baru. Baik penarinya berjenis kelamin wanita maupun pria, di Arab Saudi, tarian ini tidak boleh ditonton pria. Maklum saja, tari perut memfokuskan pada gerakan otot pinggul dan dada.
Tari perut atau biasa disebut Oriental Dance, bukan lah tari penggoda. Memang ada beberapa tempat yang menyalah gunakan tarian ini sebagai hiburan yang tidak pantas, tetapi sejarah tarian ini sama sekali tidak berkaitan dengan hal-hal yang berbau pornografi.
Tari perut sudah ada sejak 100 tahun sebelum masehi. Tarian ini diperkenalkan ke berbagai negara di timur tengah oleh orang-orang Mesir Kuno. Menurut sejarah, ada dua pendapat mengenai terbentuknya tari perut. Yang pertama mengatakan bahwa tari perut adalah tarian rakyat timur tengah yang bertujuan untuk menyebarkan rasa gembira dan semangat melalui gerakannya.
Karena itu, tarian ini biasa dibawakan pada saat acara yang penuh dengan kegembiraan seperti pesta pernikahan, acara syukuran, atau festival. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa tari perut adalah tarian persembahan manusia untuk para dewa. Tarian ini dilakukan untuk mendekatkan diri kepada para dewa dan menghapus kesalahan yang telah diperbuat manusia.
Pada zaman dahulu, di sebuah pesta atau acara tertentu yang akan ada tari perutnya, para penari wanita (penari perut hampir semua wanita) hanya menari didepan wanita saja tanpa para lelaki. Lelaki melalukan pesta yang terpisah bersama lelaki yang lain. Begitulah adatnya pada zaman itu.
Berbagai negara seperti Yordania, Irak, Arab Saudi, Mesir, dan Turki mengenal tarian ini. Sebagai tari tradisi, tari perut ditarikan pada acara-acara tradisi pula, seperti pernikahan dan acara lainnya. Tari ini ditarikan oleh laki-laki maupun perempuan.
Tarian perut menggunakan gerakan di seluruh otot tubuh. Pada dasarnya tari ini merupakan tari improvisasi solo dengan gerakan-gerakan yang menyatu ritme musik. Gerakan dasar dan utama tari ini adalah gerakan memutar yang terpusat pada salah satu bagian tubuh. Kemudian ditambah aksen menggoyang pundak dan pinggul, menggerakkan otot perut seperti ombak, atau keseimbangan menggunakan kain cadar. Kostum tari ini terdiri dari atasan pendek yang biasanya diberi untaian koin atau mote, sejenis ikat pinggul (juga dengan untaian), celana harem dan/atau rok. Terkadang juga memakai cadar.
Di Turki, tari perut ini dipengaruhi oleh kebudayaan orang Romawi dan Mesir dan berkembang pada zaman Ottoman. Karena tidak mengenal larangan seperti di Mesir, tari perut Turki biasanya lebih ekspresif. Pada penarinya terkenal enerjik dan atletis. Mereka juga menggunkan simbol jari yang disebut zils. Elemen penting lainnya adalah menggunakan ritme sembilan perdelapan yang dihitung 12-34-56-789. Kostumnya biasa sangat terbuka dengan rok terbelah yang memperlihatkan seluruh kaki. Mereka juga menggunakan sepatu hak tinggi walaupun kadang sepatu datar.
Tari perut oleh laki-laki di Turki disebut kochecks dan telah ada sejak zaman Ottoman. Mereka biasanya berpura-pura sebagai wanita dengan menggunakan rok lebar yang flamboyan. Pada zaman ini penari wanita menggunkan pakaian sehari-hari yang terdiri dari celana, baju panjang, rompi ketat, dan ikat pinggang dari tali atau kain sedangkan penari laki-laki menggunakan kostum khusus. Penari laki-laki biasanya aktor dan musisi yang berperan menjadi wanita.

  1. Tari Zapin
Zapin berasal dari bahasa arab yaitu “Zafn” yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan. Zapin merupakan khazanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan.
Tari Zapin memang berkembang luas di Malaysia, tetapi tarian ini diperkenalkan ke Malaysia oleh para pedagang dari tanah Arab dan Yaman. Menurut sejarahnya, tarian ini dahulu sebagai hiburan di istana-istana kerajaan.
Lalu pada abad ke-16 tarian ini mulai dibawa oleh para pedagang ke daerah Johor seperti Singapura, Malaysia, Riau dan berkembang disana. Karena para pedagang biasanya adalah para laki-laki, tarian ini awalnya hanya dibawakan oleh laki-laki.
Seiring berkembangnya zaman, para wanita kemudian mempelajari Zapin dan saat ini tari zapin bisa dibawakan oleh wanita ataupun wanita dan laki-laki secara berbarengan. Zapin adalah tarian yang memiliki banyak ragam geraknya. Apalagi, tarian ini berkembang di berbagai negara.
Tetapi pada dasarnya, gerakannya sama. Jika tari perut berfokus pada perut, tari zapin berfokus pada kaki. Sesuai dengan namanya, “Zapin” berasal dari bahasa Arab “Zafn” yang artinya pergerakan kaki cepat. Dibutuhkan tempat atau panggung yang cukup besar untuk menampilkan tarian ini, karena tarian ini menampilkan langkahan kaki yang cukup besar dan penarinya bergerak kesana kemari.
Posisi badan selalu bergerak seperti mengalun sesuai dengan irama musik. Tangan tidak banyak bergerak, hanya sedikit mengikuti gerakan kaki. Para penari Zapin diharuskan untuk berinteraksi satu sama lain dengan baik ketika menari. Sehingga, tari Zapin jarang ditarikan secara solo melainkan berpasangan atau kelipatan dua.
Alat musik yang digunakan untuk mengiri tarian Zapin di Arab adalah Gambus (alat musik petik ) dan tiga buah gendang kecil yang disebut Marwas. Zapin juga diiringi dengan nyanyian yang liriknya biasanya dalam bahasa Arab. Nyanyian ini bermakna untuk memberi nasihat atau dakwah dan memberi puji-pujian kepada Tuhan.
Pakaian untuk penari Zapin di Arab lebih simpel bila dibandingkan dengan daerah Melayu seperti Malaysia atau Indonesia. Di Arab, pakaian penari Zapin hanya memakai baju gamis (biasanya warna putih), celana bahan panjang dan sorban atau peci. Jika di Melayu, para laki-laki menggunakan baju kurung, kain sarung tenun dan peci. Wanita memakai baju kurung, kebaya panjang, kain sarung, dan sanggul.
Musik pengiringnya terdiri atas dua alat yang utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut marwas. Sebelum tahun 1960, zapin hanya ditarikan oleh penari laki-laki namun kini sudah biasa ditarikan oleh penari perempuan bahkan penari campuran laki-laki dengan perempuan.
Tari Zapin sangat ragam gerak tarinya, walaupun pada dasarnya gerak dasar zapin-nya sama, ditarikan oleh rakyat di pesisir timur dan barat Sumatera, Semenanjung Malaysia, Serawak, Kepulauan Riau, pesisir Kalimantan dan brunei Darusalam..Di Brunei, tarian Zapin cukup banyak macamnya seperti rentaknya dan geraknya dan mengikut dari segi sebutannya yaitu dialek orang Brunei zapin lebih dikenali dengan sebutan ‘”Jipin”‘.

  1. Tari Sema
Sebuah tarian lain juga terkenal dari Timur Tengah adalah tari sema. Tarian ini dilakukan oleh para dervish yang berputar. Tidak seperti tari perut yang dibentuk sebagai sarana hiburan, tari sema diciptakan untuk alasan religius.
Tari sema telah dipertunjukkan selama 700 tahun oleh kaum sufi. Devish (bahasa Turki dan Arab) berasal dari kata Persia darwish (berarti kerangka pintu) yang menggambarkan kaum sufi yang berada pada ambang pencerahan. Banyak yang mengatakan istilah kaum sufi (sufi dalam bahasa Arab berarti wol) muncul dari kebiasaan para nabi yang menggunakan mantel wol.
Tari sema dimulai dengan pujian kepada para nabi. Lalu, terdengar suara drum yang menjadi simbol sang pencipta diikuti improvisasi musik dari alat musik ney (sejenis seruling) yang menyimbolkan embusan napas sang pencipta yang memberi kehidupan kepada semua makhluk.
Pemimpin memberi hormat lalu memimpin para darwish membentuk lingkaran. Saat melewati posisi sang pemimpin, para darwish akan saling memberi hormat sebagai lambang penghormatan antarjiwa yang berbalut dalam bentuk raga.
Setelah tiga putaran, mereka melepas mantel. Setiap orang akan mendekati pemimpin, memberi salam, mencium tangan, dan membentuk formasi sesuai intruksi pemimpinnya.
Dengan berputar, mereka melepas kehidupan duniawi dan bergabung dengan Allah. Mereka membuka kedua tangan dengan tangan kanan menghadap ke atas agar mendapat berkah dari surga dan tangan kiri menghadap kebawah untuk memberikan berkah ke bumi. Tarian diakhiri dengan pembacaan Al-Qur’an.
Para darwish berputar-putar secara simultan selama 10 menit lalu berhenti dan berlutut. Kemudian berdiri dan muali lagi. Proses ini diulang sebanyak empat kali, yang memiliki arti :
  1. kelahiran manusia sebagai bukti Allah sebagai pencipta dan peran manusia sebagai makhluk.
  2. kegembiraan manusia menjadi saksi penciptaan.
  3. kegembiraan akan cinta dan pengorbanan akan pikiran untuk mencinta, untuk menggenapi perintah.
  4. akhir perjalanan spiritual, termasuk kembali kepada kehidupan sehari-hari dan pengabdian kepada Allah.
Pakaian semua terdiri dari topi tinggi yang menggambarkan ego mereka, jubah putih panjang dengan rok lebar menggambarkan penutup ego, dan mantel hitam yang menggambarkan kehidupan duniawi yang kemudian mereka lepaskan.
sumber : https://iyansetione.wordpress.com/2013/10/24/kebudayaan-seni-arab-saudi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar